Dibalik Perubahan Peraturan Monetize Youtube 2018

Berikut ini rangkuman dan pendapat penulis pribadi, berdasarkan uraian Julia Alexander dari polygon.com, yang menjelaskan perubahan aturan monetize Youtube yang kontroversial pada 18 Januari 2018 kemarin.


Peraturan yang dimaksud adalah peraturan monetize Youtube yang baru, yang mengharuskan channel memiliki 4000 jam tonton dan 1000 subscriber dalam 12 bulan terakhir. Kebijakan itu dinilai "sadis" bagi kebanyakan creator. Terutama bagi channel kecil, yang hanya memiliki jumlah video dan subscriber terbatas. Dengan peraturan tersebut, berarti channel mereka akan mati.

Selain itu, peraturan tersebut juga berarti monetize hanya diperuntukkan ke channel-channel besar, seperti channel selebritis atau bahkan spammer.

Bagaimana tidak, dengan satu video saja, seorang artis pasti dapat melampaui syarat jumlah jam tonton dan subscriber dalam hitungan hari saja. Begitu juga spammer, dengan melakukan saling subscribe, salin tonton atau perilaku "saling" lainnya, persyaratan tersebut akan dapat dilampaui dengan mudah.

Kemudian bagaimana dengan creator yang bermain organic?

Dengan hitungan kasar, creator organic harus membuat sekitar 200 video, di mana tiap video berdurasi 5-10 menit. Jika dalam waktu satu minggu cuma bisa membuat 1 video saja, maka akan dibutuhkan paling tidak waktu 4 tahun, untuk membangun 1 channel dan baru dapat di monetize.

Oleh sebab itu, apakah benar Youtube mengesampingkan creator yang menjadi partner mereka? 90% menurut penulis benar.

Krisis di Youtube

Alexander menuliskan, selama dan sampai tahun 2017 banyak kritik yang diterima oleh Youtube. Kritik tersebut terkait pada masih banyaknya konten-konten yang berisi kekerasan, terorisme, exploitasi anak, dan sampai seperti kasus Logan Paul yang mempertontonkan mayat dengan tidak sepantasnya. 

Kasus-kasus semacam itu terus terjadi dan beruntun, yang mengakibatkan pengiklan (advertiser) yang menjadi elemen utama Youtube, lari karena merasa tidak nyaman lagi untuk beriklan di platform mereka.

Tentu pengiklan tidak bersedia untuk membayar, jika iklan mereka ditampilkan dengan cara atau kepentingan yang salah.

Di sisi lain, Youtube sendiri harus tetap survive, dan terus berjalan, membayar programmer, enginer atau staf-staf mereka lainnya. Selain mendapatkan income dari program Youtube Red Account.

Sehingga sangat wajar jika keputusan itu seolah-olah adalah menunjukkan kondisi krisis dalam diri mereka, dan Youtube mengambil keputusan tersebut untuk menyelamatkan pengiklan dan diri sendiri terlebih dahulu, dan mengesampingkan creator.

Advertisement

Perubahan yang Tiba-Tiba

Kemudian, hal lain yang menurut penulis memungkinkan kebenaran adanya krisis di Youtube, adalah proses perubahan peraturan Youtube yang mendadak. 

Berdasarkan pengalaman penulis di product lain, Google Admobs. Jika akan ada perubahan kebijakan, adatnya Admobs mengumumkan terlebih dahulu melalui email, dan biasanya pelaksanaan kebijakan baru akan benar-benar dilaksanakan setelah beberapa bulan kemudian.

Berbeda dengan perubahan kebijakan Youtube kali ini. Seharusnya jika Youtube sudah tahu kebijakan tersebut akan mengalami reaksi protes dan ramai seperti yang terjadi beberapa hari sebelum tulisan ini ditulis, di media sosial seperti Twitter, Reddit, Google plus dan lainnya. Hendaknya Youtube telah melakukan sosialisasi berupa email ke masing-masing Account creator, paling tidak satu bulan sebelumnya. Sehingga creator tidak kaget.

Keputusan yang tiba-tiba ini, semakin meyakinkan penulis jika isu krisis di Youtube adalah benar.

Youtube Creator

Apakah sebenarnya kebijakan ini beawal dari diri Youtube sendiri sepenuhnya? Penulis rasa tidak. Youtube sebenarnya bukanlah tempat menyimpan video, namun tempat beriklan. Sehingga harusnya creator juga mengetahui posisi mereka sebagai partner. 

Creator hendaknya memiliki konten video yang pantas untuk dipasangi iklan. Bukan konten yang asal mendatangkan traffic saja. 

Konten creator hendaknya dapat meyakinkan pengiklan, bahwa iklan mereka telah ditampilkan dengan benar dan tepat.

Youtube sendiri sebenarnya telah memberikan rambu-rambu bagaimana membuat konten dengan benar. Kenyataannya, mungkin hanya beberapa creator saja yang benar-benar membaca dan mempelajari rambu-rambu tersebut.

Sehingga kesalahan sebenarnya juga ada pada creator Youtube itu sendiri. Khususnya creator yang bermain curang. Seharusnya mereka sadar posisi mereka adalah partner, teman kerja, bukan pekerja sepenuhnya.

Saat tulisan ini ditulis, masih banyak penulis temukan video-video pelanggaran, baik yang sudah beriklan maupun belum.

Jika semua creator mengetahui bagaimana menghargai karya dia sendiri dan orang lain. Pasti peraturan di atas tidak diperlukan sama sekali.

Sistem Otomatisasi

Untuk menghadapi creator yang nakal, sebenarnya Youtube sudah memiliki sistem otomatis untuk mendeteksi konten yang melanggar itu. 

Namun sebagaimana yang terjadi pada penulis bulan November 2017 kemarin, sistem otomatis tersebut masih belum sempurna. Terbukti konten video penulis yang berisi tutorial blogging, terdeteksi pelanggaran, dan penulis perlu meminta review manual terhadap kesalahan deteksi tersebut. 

Saat tulisan ini ditulis, penulis belum mengetahui secara persis perkembangan sistem deteksi di atas. Semakin baik, ataukah sudah dihilangkan.

Selain itu, Youtube juga telah memiliki sistem otomatis pendeteksi pelanggaran copyright, Content ID. Sistem ini penulis rasa sudah baik, karena sudah dapat mendeteksi pelanggaran seperti penggunaan lagu-lagu yang berbayar atau melanggar hak cipta. Penulis setuju dengan apa yang dilakukan sistem tersebut, dan video penulis sendiri menggunakan backsound yang benar-benar free dan tak diperlukan atribusi pemilik aslinya.

Kemudian invalid traffic. Jika konten online terbukti berasal dari traffic hasil perilaku yang dibuat-buat. Seperti hasil terlalu banyak share di media sosial, kunjungan menggunakan samaran IP palsu, perilaku "saling", atau perilaku invalid traffic lainnya. Pendapatan yang dihasilkan dari invalid traffic ini, biaya iklan yang sudah menjadi milik creator, akan dikembalikan ke pengiklan, karena dianggap menipu.

Sehingga jika dilakukan telaah lebih lanjut, sebenarnya Youtube sudah berkembang dengan baik beberapa tahun ini. Mulai dari Copyright strike, Content ID, invalid traffic, dan lain sebagainya yang penulis belum mengetahuinya.

Hanya saja perubahan kebijakan peraturan baru yang seakan berat sebelah di atas, menutup kehebatan perkembangan Youtube tersebut, dan seolah Youtube masih rapuh.

Advertisement

Kesimpulan

Krisis di Youtube, bisa saja terjadi. Jika creator di nomor tigakan, ya memang hal tersebut sewajarnya. Ketentuan ini pasti sebenarnya juga telah disebutkan di TOS (Terms and Conditions) bahwa kebijakan dapat berubah sewaktu-waktu dan tanpa pemberitahuan.

Creator yang berposisi sebagai patner kerja, hendaknya dapat memaklumi dan melakukan tindakan yang terbaik. Dan pastinya bagi creator nakal tidak lagi melakukan tindakan yang merugikan baik creator itu sendiri, maupun Youtube sebagai partner kerja mereka.

Comments

Popular posts from this blog

Seberapa Penting Keyword dalam Peningkatan Traffic

Deposit Adwords dengan Transfer Mesin ATM

Google Sedang Membersihkan Konten Penyebab Invalid Traffic

Pentingnya Menambahkan Request Content pada Aplikasi

Menaikkan Traffic dengan Sistem Rekomendasi

Metode Martingale untuk Perencanaan Beli Emas

Kegunaan Lain Splashscreen dalam Aplikasi

Sekilas tentang Algorithma Pinguin 2019

Kelayakan Blog atau Website untuk dapat di Pasang Iklan Adsense

Kebijakan Penting Play Store 2019