Prasangka Buruk Bahasa Pemrograman yang Konon Lebih Simple


Diberitakan oleh Priyadarshini (2019) melalui artikel yang berjudul "Microsoft’s New Programming Language ‘Bosque’ Keeps Your Code Simple", bahwasannya terdapat bahasa pemrograman baru, yang mengusung kata "kesederhanaan" pada alasan utama diciptakannya.

Selain itu, dikatakan juga bahasa pemrogaman ini berbasis pada Typescript, dimana dalam artikel lain oleh Saeed (2018), disebutkan bahwa Typescript merupakan salah satu bahasa pemrograman alternatif Javascript dan telah digunakan dalam banyak platform.

Kemudian yang paling penting adalah berasal dari Microsoft, di mana penulis tidak pernah menemukan product yang benar-benar free (gratis) dari mereka.

Produk Microsoft pasti ujung-ujungnya berbayar, entah itu berlabel open source ataupun tidak. Rasanya tidak akan mudah dipercaya jika bahasa pemrograman ini juga akan free kedepannya.

Sehingga dalam tulisan ini, selain kenyataan product dari Microsoft sebagaimana telah disebutkan diatas. Sebagai programmer, terdapat beberapa hal yang menjadi prasangka buruk penulis, yang menjadi asumsi bahwa bahasa pemrograman "Bosque" ini tidak akan bertahan lama.

Pertama, semoga free dan tidak ada fee yang tersembunyi, termasuk dalam product-product yang terkait didalamnya. Misalnya compiler dan dalam hal distribusinya.

Karena bagaimanapun juga, sekarang ini jamannya free, bahkan kalau bisa dibayar dan sebagian dibangun menggunakan Javascript dan pastinya diciptakan untuk platform yang free juga.

Kedua, berdasarkan pengalaman, bahasa pemrograman yang menawarkan kesederhanaan, biasanya condong mudah deprecated, karena mendompleng ke bahasa pemrograman lain.

Kondisi ini biasanya ditunjukkan oleh adanya library yang dibangun dengan platform atau bahasa lain.

Pengaruhnya, dalam penerapan algorithma pemrograman biasanya kurang leluasa, ataupun kalau berhasil, kecepatan eksekusinya tidak seperti yang diharapkan.

Dan menurut penulis, semakin komplek, bahasa pemrograman tersebut justru semakin baik. Terutama bagi logika berpikir programmernya.

Ketiga, support penuh library dari pihak Microsoft sendiri.

Penulis kira, hal inilah yang seringkali menjadi kelemahan pembuatan aplikasi di Windows. Software atau aplikasi mati, hanya karena salah satu file *.dll nya yang sudah tidak digunakan lagi oleh Microsoft itu sendiri.

Sebagai seorang programmer, hal ini dapat menjadi bentuk kekecawaan tersendiri. Sebagus apapun front end aplikasi, namun jika back endnya sudah tidak disupport lagi, sama saja bohong.

Terlebih untuk berganti ke versi yang lebih tinggi, dan itu adalah product Microsoft, sudah pasti ditakutkan untuk membayar.

Demikian sedikit komentar penulis tentang dikeluarkannya bahasa pemrograman baru Bosque.

Semoga berita ini bukan hanya bentuk strategi marketing Microsoft yang bersifat sementara, namun benar-benar adalah bentuk pengembangan Microsoft ke arah yang lebih baik.

Referensi

Priyadarshini, Manisha. 2019. Microsoft’s New Programming Language ‘Bosque’ Keeps Your Code Simple. https://fossbytes.com/microsofts-new-programming-language-bosque-keeps-your-code-simple/amp/. Diakses tanggal 21 April 2019

Saeed, Ahsen. 2018. Here Are The Ten Best Programming Languages to learn in 2019. https://codinginfinite.com/best-programming-languages-to-learn-2019/. Diakses tanggal 21 April 2019

Comments

Popular posts from this blog

Google Sedang Membersihkan Konten Penyebab Invalid Traffic

Pentingnya Menambahkan Request Content pada Aplikasi

Menaikkan Traffic dengan Sistem Rekomendasi

Metode Martingale untuk Perencanaan Beli Emas

Kegunaan Lain Splashscreen dalam Aplikasi

Sekilas tentang Algorithma Pinguin 2019

Kelayakan Blog atau Website untuk dapat di Pasang Iklan Adsense

Kebijakan Penting Play Store 2019

Review Aplikasi yang Meragukan

Buka Warung Bakso Berbekal Google