Perlunya Device Terbaru dalam Pengembangan Aplikasi dan Game Android

Developer Android pemula, terutama yang minim budget, akan membuat aplikasi Android sebatas kemampuan device yang mereka gunakan.

Padahal berdasarkan pengalaman, update dan upgrade device sesuai teknologi terbaru, untuk produksi app dan game adalah wajib bagi developer.

Perlu diketahui, untuk membuat aplikasi Android, paling tidak membutuhkan laptop dengan kapasitas memori 4GB, dan device Android versi terbaru untuk uji coba jalannya app dan game.

Uji coba ini sangat penting, karena untuk melihat ada dan tidaknya crash dan bug sebelum app atau game dipublish.

Penulis adalah seorang Android Developer dengan nama Computational Lab di Play Store. Dengan kemampuan device yang seadanya, penulis telah membuat kurang lebih 60 app dan game Android.

Berdasarkan pengalaman tersebut, sampai tulisan ini ditulis, mengikuti perkembangan teknologi, baik secara hardware maupun software adalah penting untuk pengembangan aplikasi.

Long Terms

Mulanya, dengan tidak menggunakan library buatan pihak ketiga dan berorientasi hanya menggunakan library bawaan Android Studio, penulis yakin bahwa app dan game yang penulis buat akan compatible dengan berbagai macam versi Android, device Android, termasuk versi yang akan muncul.

Orientasi jangka panjang ini dengan harapan, app atau game penulis dapat mempunyai masa hidup yang lama. Sehingga penulis tidak perlu melakukan maintenance, dan iklan yang dipasangkan dan sumber income dapat terus muncul.

Ternyata anggapan tersebut salah, meskipun membuat dengan template bawaan Android sekalipun, masa hidup app atau game ditentukan oleh masih support atau tidaknya fungsi yang digunakan dalam library itu sendiri.

Tidak ada jaminan fungsi itu akan terus didukung eksistensinya, atau mempunyai struktur yang sama dalam versi terbarunya. Terutama jika sudah terkait masalah keamanan. Pihak developer core Android, dapat saja menghapus keberadaan fungsi tersebut.

Kondisi seperti ini lebih dikenal dengan sebutan deprecated function, yang mana memerlukan turun tangan programmer aplikasi itu sendiri untuk mempertahankan eksistensi app atau game.

Dan di sinilah letak perlunya device terbaru dalam produksi app atau game tersebut. Dengan munculnya teknologi baru, maka akan muncul hardware dan cara baru dalam komunikasi data antara hardware dan software, yang berakibat munculnya library atau fungsi baru.

Sehingga mau tidak mau, library yang sudah tidak kompatible, harus diganti karena sudah ketinggalan jaman.

Careless

Seperti yang sebelumnya penulis sebutkan, karena keterbatasan dana, app dan game yang penulis buat dicompile dengan Android SDK tertinggi di Android Studio, tetapi dengan test menggunakan device Android, dengan versi jauh dibawahnya.

Karena penulis telah yakin bahwa app atau game telah dibuat sebaik mungkin, sehingga ketika terdapat user (pengguna) yang mereview dan me-rating dengan nilai rata-rata 3 bintang, tentang adanya blinking, crash, bug, atau error lainnya, penulis malah menyalahkan engine dari device Android pengguna tersebut.

Contohnya, penulis mengatakan, "Maaf, engine game kami tidak dapat berjalan dengan baik pada device Readmi, Oppo dan beberapa device Moto G yang Anda gunakan. Kami sedang bekerja untuk hal itu, dan terima kasih untuk review Anda, untuk perkembangan aplikasi kami".

Dan penulis pun hanya melakukan perbaikan secara biasa saja, dan malah menambahkan fitur yang kurang berguna.

Hasilnya, review jelek pun semakin berdatangan, dan berakibat semakin menurunnya ranking dan traffic jumlah pengguna, yang dapat dilihat dengan Developer Console.

Upgrade

Baru pada awal 2019, setelah penulis dapat membeli laptop yang baru, dengan kemampuan yang bisa dibilang dengan kondisi setara dengan perkembangan Android saat itu, penulis menyadari bahwa apa yang disebutkan dalam review jelek para pengguna sebelumnya adalah benar.

Sehingga belum tentu karena merek smartphone yang digunakan, tetapi karena memang engine penulis sendiri yang perlu diperbaiki untuk Android versi terbaru. Meskipun nyatanya aplikasi atau game tersebut dapat berjalan baik di device versi lama.

Jika memang aplikasi atau game dibuat dari sesuatu yang 'dasar', maka harusnya app dapat tetap bisa bertahan dan jumlah pengguna bertambah, meski ada satu pengguna saja per harinya.

Penulis memang menyayangkan, sebab dapat dipastikan selama 2 tahun tersebut, telah banyak kehilangan pengguna.

Namun karena memang keterbatasan budget untuk upgrade peralatan produksi saat itu, konsekuensi seperti ini memang harus terjadi.

Sehingga dapat penulis simpulkan, adalah wajib bagi developer, juga mengikuti perkembangan teknologi. Baik untuk perkembangan secara sisi software, maupun secara hardware.

Mungkin hanya satu dari 1000 developer saja yang bisa survive dalam pengembangan aplikasinya, tanpa perlu update device yang dia gunakan untuk produksi.

Comments

Popular posts from this blog

Google Sedang Membersihkan Konten Penyebab Invalid Traffic

Pentingnya Menambahkan Request Content pada Aplikasi

Menaikkan Traffic dengan Sistem Rekomendasi

Metode Martingale untuk Perencanaan Beli Emas

Kegunaan Lain Splashscreen dalam Aplikasi

Sekilas tentang Algorithma Pinguin 2019

Kelayakan Blog atau Website untuk dapat di Pasang Iklan Adsense

Kebijakan Penting Play Store 2019

Review Aplikasi yang Meragukan

Buka Warung Bakso Berbekal Google