Belajar Resiko Bisnis dari Film The Big Short 2015

ilustrasi (Sumber: Pixabay-niekverlaan)

Tulisan berikut ini bukanlah sinopsis Film The Big Short (2015), melainkan sebagian catatan penulis, dari rangkaian pencarian model bisnis yang tepat bagi bisnis penulis pribadi.

Meskipun tema film tersebut jauh dari yang selama ini penulis kerjakan. Namun pengetahuan model bisnis dari film ini, menarik perhatian penulis dan dapat menambah pengetahuan, khususnya tentang pinjam-meminjam di bank.

Secara garis besar, film ini berisi tentang kejadian yang terjadi pada krisis ekonomi di Amerika tahun 2008.

Michael Burry, pendiri Scion Capital, sebuah perusahaan dibidang investasi, pada tahun 2005 menemukan indikasi akan terjadinya krisis finansial berdasarkan banyaknya kredit macet atas penjualan obligasi hipotek, atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Oleh karena itu dia membeli yang disebut dengan Credit Default Swap (CDS) di beberapa bank, dengan total senilai 1.3 Milyar USD dengan premi sampai 80-90 juta pertahun, yang dapat memberikannya nilai return 10:1 sampai 20:1, jika harga hipotek jatuh.

Penulis tidak tahu pasti apa itu CDS dan cara kerjanya, namun sebagaimana yang penulis ketahui dalam trading forex atau semacamnya, hal itu sama dengan posisi jual. Sederhananya dana investasi pada posisi jual akan habis jika nilai tukar mata uang semakin naik.

Padahal kondisinya, dalam bisnis properti dan sesuai kaidah ekonomi makro, harga properti tidak akan turun. Harga properti akan selalu naik, dan kalaupun rugi, maksimal hanya sampai 5%. Begitu juga hipotek.

Dan kondisi inilah yang menyebabkan Burry ditertawakan dan dianggap gila oleh pihak bank, bahkan oleh para investor perusahaannya sendiri.

Sehingga apa yang dilakukan Burry sebenarnya adalah melawan pasar. Menurut penulis, dana CDS investor (seperti Burry), dipergunakan oleh bank untuk menutup kredit macet yang terjadi di dalam atau yang terkait bank tersebut.

Kemudian karena tidak hanya Burry yang melakukan hal itu, seperti Janet Vannett, seorang pihak Bank Deutche yang malah menjual CDS ke beberapa investor seperti Mark Baum, menyebabkan sampai tahun 2007 harga hipotek justru semakin naik. 

Dan akhirnya, sesuai prediksi, tanggal 2 April 2007 terjadilah krisis finansial yang menyebabkan banyak bank besar di Amerika bangkrut.

Salah satu penyebab utamanya adalah banyak obligasi hipotek yang ternyata dijual tanpa verifikasi yang jelas dan benar.

Disebutkan akibat kejadian itu, di Amerika, sebanyak 5 triliyun lebih uang pensiun, nilai real estate, tabungan dan hutang lenyap.

Selain itu 8 Juta orang kehilangan pekerjaan dan 6 juta orang kehilangan rumah.

Artinya nilai obligasi hipotek menjadi tidak berharga, dan sebaliknya nilai CDS Burry, Baum dan investor lainnya naik berlipat ganda, sampai 20 kali lipat.

Dan diakhir film dikisahkan, meskipun Burry, Baum dan Ben Rickert mendapat keuntungan CDS, tetapi mereka merasa bersalah, karena malah 'merampok' di tengah krisis finansial yang terjadi.

Sedangkan yang penulis takutkan, adalah hal ini mulai terjadi di Indonesia (saat tulisan ini ditulis).

Berdasarkan cerita teman penulis, ketika dia mengambil kredit perumahan di salah satu kota besar di Indonesia. Meskipun dia telah memberikan berkas dokumen persyaratan secara jujur dan diserahkan ke pihak bank melalui developer perumahan, ternyata pihak developerlah yang me-mark up terlebih dahulu gaji teman penulis, sebelum diserahkan ke bank penyedia KPR.

Alasannya, mark-up sengaja dilakukan agar pihak asesor bank menyetujui dengan mudah permohonan kredit, dan teman penulis mendapatkan rumah sesuai yang dia inginkan, meskipun sebenarnya secara finansial dia tidak layak.

Hal ini sama dengan yang terjadi dalam film.

Praktek penipuan seperti di atas adalah awal penciptaan bom waktu krisis finansial yang terjadi di Amerika tahun 2007.

Sehingga jika pembaca ada yang menyadari atau telah menemukan banyaknya kredit perumahan yang macet (baik itu subsidi ataupun non subsidi), harga properti naik tetapi gaji karyawan tetap, dan upaya penipuan-penipuan seperti di atas yang semakin marak, maka krisis finansial dapat juga terjadi di Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

Google Sedang Membersihkan Konten Penyebab Invalid Traffic

Pentingnya Menambahkan Request Content pada Aplikasi

Menaikkan Traffic dengan Sistem Rekomendasi

Metode Martingale untuk Perencanaan Beli Emas

Kegunaan Lain Splashscreen dalam Aplikasi

Sekilas tentang Algorithma Pinguin 2019

Kelayakan Blog atau Website untuk dapat di Pasang Iklan Adsense

Kebijakan Penting Play Store 2019

Review Aplikasi yang Meragukan

Buka Warung Bakso Berbekal Google