Posts

Pengalaman Membeli Lensa Tambahan (Lensbong) Smartphone

Image
Keinginan menjadi fotografer, membuat penulis berkeinginan untuk membeli lensa tambahan untuk Smartphone Android penulis. Akhirnya, hal tersebut mendorong penulis membeli sebuah lensa sebagaimana foto yang penulis ambil dari iklannya bawah ini: Dan penulis mohon maaf tidak berniat menjatuhkan bagi toko yang menggunakan gambar tersebut untuk promosi. Hanya saja, penulis kira, ada oknum toko online yang menggunakannya juga dan memang inilah foto iklan penawaran, yang membuat penulis tertarik membelinya. Kemudian program flash sale, diskon sale atau yang lainnya, penulis kira toko yang berada disitu sudah terpercaya. Banyak yang menuliskan harga, dengan potongan diskon sampai 80%. Ditambah, komentar-komentar positif pembeli sebelumnya, yang berada di puncak, membuat penulis semakin yakin membeli lensa tersebut. Dan. Setelah menunggu beberapa hari, yang baru hari kedua tercatat penjual menyerahkan barang ke pihak ekspedisi, dibawah ini adalah foto produk lensa yang datang: Tampak karet pe

Contoh Menentukan Harga Jasa bagi Pemula

"Mas, kalau brosur kayak gini harganya berapa?" tanya Evy ke kakak iparnya yang bernama Azam, sambil menunjukkan contoh brosur hasil editannya. "Sebentar, tak lihat dulu di internet, di websitenya penyedia jasa cetak brosur" jawab Azam. Setelah browsing, tidak lama kemudian, Azam menjelaskan jika harga brosur itu dihitung berdasarkan jumlah cetak per lembar. Umumnya mulai harga 200 rupiah, dengan ukuran A5. Dan biasanya dengan jumlah cetak per 1000 lembar. "Itu apa sudah termasuk biaya desain?" tanya Evy kembali, sebab brosur itu adalah pesanan pertamanya sebagai freelancer. "Belum. Kalau jasa desain, misalkan kamu hargai 15000 rupiah per jam. Terus ternyata kamu butuh waktu sekitar 8 jam untuk menyelesaikan desain itu. Jadi biaya jasanya 15000x8=120000 rupiah" tambah penjelasan Azam. Dengan sedikit malu, "Ya Allah Mas.. Aku lo desain itu tidak sampai satu jam sudah selesai. Sudah ada templatenya soalnya" kata

Marketing dengan Cerita Bohong

Image
Seorang interpreneur muda, membagikan cerita pengalaman tentang bagaimana dia ditipu oleh seorang kliennya, di account media sosial miliknya. Dia menceritakan lengkap bagaimana dia bernegosiasi, menawarkan ide, bekerja sama dan sampai bagaimana dia ditipu dan merugi besar. Tentu kerugian yang disebutkannya tidak hanya jutaan, bahkan sampai milyaran. Pertanyaannya, bagaimana jika cerita itu adalah cerita bohong? Bagaimana jika sebenarnya yang bermasalah dalam kerjasama itu adalah dari pihak dia sendiri. Awalnya penulis berprasangka baik dan mudah mempercayai cerita-cerita seperti ini. Namun lama-kelamaan, penulis merasa ada sesuatu "iklan" yang disampaikan terselubung di dalamnya. Karena bagaimanapun juga, "story telling" adalah salah satu bentuk marketing murah jaman sekarang. Banyak yang mendadak jadi aktor atau aktris, yang mereview produk secara serampangan. Termasuk cerita yang dibuat-buat agar terlihat profesional, deng

Sudut Pandang Lain Film The Great Hack

Image
Menonton film The Great Hack (2019) menambahkan pengetahuan kepada penulis tentang pelarangan penggunaan data untuk kepentingan kampanye politik. Dalam film tersebut, diceritakan bagaimana Cambridge Analytica (CA) menggunakan data, yang dikumpulkan dalam bentuk kuisioner test kepribadian Facebook, sebagai senjata untuk menampilkan video ejekan terhadap Hillary Clinton agar ditonton dan dapat memanipulasi pemikiran warga Amerika dengan tepat, saat memberikan suara pada pemilu Amerika 2015. Secara keseluruhan, dalam film itu memperingatkan kepada kita, tentang bahayanya menyerahkan data pribadi kita melalui jejaring media sosial apapun, termasuk Google. Untuk lebih detailnya dapat dilihat langsung di film tersebut. Dan skandal diatas, mungkin salah satu alasan kenapa Google Ads tidak menampilkan iklan untuk kepentingan kampanye politik. Kemudian apakah para perusahaan raksasa yang meminta data kita melalui media sosial itu bersalah? Dalam urusan bisnis, seper

Tip Selamat dari Badai Suspend Admob

Image
Ilustrasi badai (Sumber gambar: Pixabay/ Noupload) Terkait dengan posting sebelumnya, di mana penulis diharuskan untuk mengupgrade seluruh aplikasi dan game Android penulis ke Software Development Kit (SDK) minimal level 28, dan sebelum tanggal 1 November 2019, akhirnya aplikasi dan game penulis selamat dari badai suspend. Terbukti sampai tanggal 5 November 2019, saat tulisan ini ditulis, belum ada peringatan lagi dari pihak Adsense. Penulis adalah developer aplikasi dan game Android, dengan nama Computational Lab di Play Store. Sedangkan dari beberapa berita yang beredar, ditemukan beberapa aplikasi yang di remove di Play Store, terutama disebabkan mengandung Malware, meskipun aplikasi tersebut telah ribuan terdownload. Berdasarkan pengalaman penulis, berikut ini adalah hal-hal terkait orientasi penulis dalam pembuatan aplikasi, yang mungkin penyebab selamatnya aplikasi dan game penulis. Tidak menggunakan library tambahan atau dari pihak ketiga. Hanya menggunak

Email Peringatan Upgrade Target SDK App Android ke Level 28

Image
Pada Jumat dini hari, 11 Oktober 2019, sebagai salah satu Android Developer di Google Play Store, penulis mendapat email pengingat untuk mengupgrade target SDK (Software Development Kit) ke level 28 atau setelahnya. Target SDK yang dimaksud adalah target kompilasi pembuatan app atau game Android, yang harus mensupport Android 9 atau yang disebut juga Android Pie. Sedangkan saat tulisan ini ditulis, Android telah sampai pada versi angka 10. Yang artinya, sepertinya lebih baik upgrade langsung dilakukan dengan target SDK level 29, yang berdasarkan pengamatan penulis telah stabil. Konsekuensinya, sejumlah aplikasi dan game penulis dibawah nama Computational Lab, yang masih dikompilasi dengan target SDK level 27 dan tertera dalam email peringatan di atas, harus penulis upgrade sebelum tanggal 1 November 2019. Sayangnya terdapat 20 lebih aplikasi yang harus penulis uprade, dan hal itu butuh alokasi waktu yang perlu penulis sisihkan. Padahal disisi lain, penulis

Perlunya Masker Transparan

Image
Disebabkan keperluan medical checkup, penulis mendatangi salah satu rumah sakit di Malang. Alasan memilih rumah sakit tersebut, karena merupakan salah satu rumah sakit besar di Malang. Oleh karena itu, antriannya pun juga panjang. Disela-sela menunggu antrian tersebut, sebelum menemui dokter, pasien dipanggil untuk mendapat cek tekanan darah, tinggi badan, dan cek-cek umum lainnya. Namun yang mengganggu penulis adalah terkait pemakaian masker perawat yang bertugas melakukan test tersebut. Masker yang digunakan adalah masker sebagaimana gambar di bawah ini: Sebagai konsumen, penulis merasa terganggu ketika berkomunikasi dengan perawat itu. Mungkin hal tersebut sesuai dengan manual prosedur rumah sakit, sebagai langkah proteksi penyakit-penyakit menular yang dibawa pasien. Jika hal tersebut memang benar, dan wajib dilakukan di semua rumah sakit, harusnya demi kenyamanan pelayanan, rumah sakit menyediakan masker dengan bahan transparan. Atau membuat ma

Popular posts from this blog

Perbedaan kartu ATM biasa dengan GPN

Usia Domain tidak Mempengaruhi Ranking Google

Memilih Penyedia Iklan Pihak Ketiga harus Selektif

Antara Gaji dan Income Perusahaan

Deposit Adwords dengan Transfer Mesin ATM

Marketing dengan Cerita Bohong

Sudut Pandang Lain Film The Great Hack

Pengalaman Membeli Lensa Tambahan (Lensbong) Smartphone

Tip Selamat dari Badai Suspend Admob

Contoh Menentukan Harga Jasa bagi Pemula